Strategydesk – Ekspor China mencatat penurunan yang tidak sebesar perkiraan, tapi penurunan impor sebanyak dua digit menambah tekanan ke Beijing untuk mencegah perlambatan lebih tajam, China PortEkspor turun 2,5% selama Mei dari tahun lalu menjadi 1,17 triliun yuan, menurut data bea cukai setempat. Angka itu lebih rendah dari prediksi 5%. Sedangkan impor anjlok 17,6% menjadi 803 miliar yuan, melebihi prediksi 10%. Ini menjadi indikasi lesunya permintaan di dalam negeri. Dengan ini, maka surplus perdagangan melonjak 65% menjadi 366,8 miliar yuan. Para pengamat memang sudah memperkirakan impor merosot, tapi tidak menyangka setajam itu. Impor jatuh untuk tujuh bulan berturut-turut, sedangkan ekspor sudah selama tiga bulan. Hal ini terjadi meski bank sentral sudah memangkas suku bunga tiga kali sejak Nopember, juga dengan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM). Eksportir China harus berhadapan dengan rendahnya permintaan luar negeri, kenaikan biaya upah dan nilai tukar. Para pengamat juga masih khawatir kondisi ke depan belum membaik. ”Angka ekspor yang lebih baik bukan berarti kondisi juga membaik. ”Perusahaan China kehilangan daya saing di pasar global karena apresiasi mata uang,” kata Lui Yaxin, analis dari China Merchants Securities dikutip oleh Reuters. Menurutnya, data itu menunjukkan ekonomi China masih dalam proses perlambatan, dan memperkirakan kondisi perdagangan tetap lesu selam 4-5 bulan ke depan. Untuk mengevaluasi ekonomi China lebih jelas, pasar menantikan data inflasi besok, serta ritel, industri dan investasi dua hari setelahnya. Para ekonom memperkirakan adanya tanda-tanda stabilisasi dari semua data itu, tapi mereka masih meyakini stimulus tambahan dibutuhkan untuk menutupi dampak kelesuan sektor properti dan ekspor.
Posted by mawool at June 10, 2015, 5:40 am